Sabtu, 23 Agustus 2008

Drink live " Whisky"

Adalah bangsa Skotlandia yang menamakan 'air kehidupan' yang satu ini dengan bahasa Gaelik, uisge beatha. Di kemudian hari nama itu berubah menjadi usky, dan pada akhirnya jadi whisky dalam bahasa Inggris.
Penamaan jenis minuman beralkohol dari hasil fermentasi dan penghalusan biji-bijian seperti gandum, padi, jagung -- yang kemudian disuling dan disimpan dalam tong-tong kayu selama bertahun-tahun untuk proses pematangan -- ini sesuai dengan asal muasal si wiski yang dibikin di Skotlandia, Wiski Scotch atau Wiski saja, dan Scotch saja. Scotch dikenal lebih banyak menggunakan barley atau jelai, yaitu anggota rumput-rumputan dari keluarga Poaceae, sejenis tanaman pangan biasa untuk ternak. Selain Skotlandia, Irlandia juga merupakan negara penghasil wiski uisce beatha (ditulis dengan whiskey bukan whisky seperti di Skotlandia) dan diyakini sebagai negara pertama yang mengenal pembuatan minuman beralkohol ini dari para biarawan. Dari berbagai catatan yang bertebaran dalam situs internet, termasuk situs resmi Chivas Regal (produk wiski Scotch yang paling digemari di dunia) perdebatan tentang siapa penemu awal minuman fermentasi biji-bijian yang disuling ini lebih mengarah ke Irlandia sebagai penerus pertama dari proses distilasi yang dibawa dari Timur Tengah sejak Abad ke-8 atau ke-9. Santo Patrick, biarawan, juga disebut-sebut sebagai pembawa ilmu distilasi ke Irlandia dan Skotlandia. Perbedaan dari wiski Scotch dan wiski Irlandia adalah pada proses distilasi. Di Scotch rata-rata dua kali proses distilasi sedangkan di Irlandia tiga kali. Kedua jenis wiski ini sesuai hukum yang berlaku secara internasional, harus dimatangkan dalam tong kayu ek, setidaknya selama tiga tahun.
Bukan untuk mabuk Sedikit menengok sejarah keberadaan wiski, minuman ini sejak ratusan tahun lalu menjadi sarana kumpul-kumpul, komunikasi antarteman, kerabat yang kemudian melahirkan perasaan kebersamaan sebagai satu komunitas. Komunitas yang harus melawan kerasnya kehidupan alam di daratan Skotlandia dan Irlandia kala itu. Wiski menjadi simbol, makanya disebut sebagai uisge beatha atau uisce beatha, artinya air kehidupan. Konon, setiap sore, bangsa itu akan berkumpul di kelompok mereka masing-masing untuk merayakan selesainya satu hari lagi pergulatan hidup. Sambil bersulang mereka akan meneriakkan, "Hidup!". Dan cairan itupun masuk sekaligus membakar perut mereka menandakan sebuah perayaan atas keberadaan mereka.


Bicara soal wiski atau Scotch yang kini sudah menyebar ke seluruh dunia, tentu tak bisa melupakan James dan John Chivas. Dua bersaudara dari Aberdeen, Skotlandia, itulah penemu ramuan wiski yang lembut yang layak diminum bersama tamu terhormat. Mereknya Chivas Regal. Minuman dari tahun 1801 ini disebut sebagai premium wiski Scotch dan sudah menguasai hampir 50 persen pasar minuman beralkohol dunia, setidaknya di Eropa dan Asia Pasifik. Di Indonesia, khususnya Jakarta, Chivas menguasai 90 persen keperluan para penikmat minuman ini. "Khususnya untuk premium (Chivas Regal 12 dan 18 -- Red). Untuk lidah Indonesia rasa Chivas 12 dan 18 paling cocok, apalagi yang 12," ujar Edhi Sumadi, Country Manager Pernod Ricard Indonesia, pemegang lisensi beberapa merek minuman beralkohol seperti Chivas Regal, Royal Salute, Martell, Passport Whisky, Wild Turkey, Ballantine, Kahlua, Tia Maria. Dari seluruh Jakarta, kawasan Kota adalah konsumen yang paling besar menggunakan Chivas Regal dan Royal Salute. Di Jakarta Selatan, meski banyak penggemar namun harga yang ditawarkan lumayan tinggi. Maka jika tiap bulan Pernod Ricard Indonesia bisa mengirim 200 karton ke kawasan Kota, ke kawasan Jakarta Selatan hanya 40 karton saja. Sementara untuk merek lain seperti Ballantine, "Lebih cocok buat orang Korea," kata Edhi di sela-sela acara 'Whisky Training' pertengahan pekan lalu di Ancol. Lantas bagaimana dengan Martell? "Kalau itu sudah 95 persen di sini," tandasnya. Berapa sebenarnya harga Chivas, baik yang dijual dalam botol atau dalam sloki di bar? Untuk sebotol Chivas Regal 12 tahun harga berkisar antara Rp 1 juta - Rp 1,2 juta, yang 18 tahun Rp 2 juta, sedangkan Royal Salute (21 tahun masa penyimpanan) seharga Rp 3,5 juta. "Kalau per sloki biasanya Chivas Regal Rp 60.000 - Rp 70.000. Kalau Royal Salute bisa Rp 200.000 per sloki," jelas Edhi. Bagaimana dan apa Chivas Regal 12 dan 18 yang kini laris manis di pasaran? Untuk tujuan itulah training tersebut digelar, khususnya untuk bartender. Angka pada masing-masing merek minuman tersebut menandakan berapa tahun minuman itu disimpan di dalam tong kayu. Chivas Regal 12 disimpan selama 12 tahun. Untuk menikmati minuman-minuman tersebut, jangan lupa menggoyang-goyang gelas sebelum diminum, kemudian irup aromanya. Lebih baik menggunakan sedikit es sehingga cita rasa minuman ini betul-betul keluar. Pada cicipan pertama, Anda akan rasakan gabungan rasa madu, apel, vanila, dan hazelnut. Cita rasa ini akan sedikit lebih la tinggal di lidah. Bandingkan dengan yang berusia 18 tahun, tentu beda. Aroma dan rasanya lebih tajam terasa dan akan bertahan lebih lama di lidah Anda. Campuran cita rasa dark chocolate, bunga-bungaan, dan berbagai rasa buah ranum nan manis. Cita rasa ini sepertinya tak mau hilang dari lidah. Sementara itu Royal Salute yang tersimpan lebih lama, tentu cita rasa dan aromanya tak terkatakan. Tapi ingat, minumlah pada takaran yang tepat jika Anda ingin menikmati minuman ini, bukan untuk mabuk. Mencicipi minuman ini bukan seperti menenggak bir atau minuman keras lain. Ada seni tersendiri dalam pembuatannya sehingga menikmatinya pun perlu seni tersendiri. Bukan untuk sekadar gaya, apalagi cuma untuk mabuk-mabukan